Rumah Adat Kalimantan Tengah (Rumah Betang)
1.1. Pengertian
Rumah Betang adalah rumah panjang yang merupakan rumah adat suku Dayak (Ngaju) di Kalimantan Tengah, yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan, terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak, dimana sungai merupakan jalur transportasi utama bagi suku Dayak untuk melakukan berbagai mobilitas kehidupan sehari-hari seperti pergi bekerja ke ladang dimana ladang suku Dayak biasanya jauh dari pemukiman penduduk, atau melakukan aktifitas perdagangan (jaman dulu suku Dayak biasanya berdagang dengan menggunakan system barter yaitu dengan saling menukarkan hasil ladang, kebun maupun ternak).
Gambar 1.1 Ruang Betang
(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-tengahbag2end.html )
Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan, suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan (komunalisme) di antara para warga yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. Suku Dayak menghargai perbedaan etnik, agama ataupun latar belakang sosial.
Rumah betang mempunyai ciri-ciri yaitu; bentuk Panggung, memanjang. Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah panjang bagian hulunya haruslah searah dengan Matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah Matahari terbenam, sebagai simbol kerja-keras untuk bertahan hidup mulai dari Matahari tumbuh dan pulang ke rumah di Matahari padam.
1.2. Ruang Pada Rumah Betang
Gambar 1.2 Ruang pada rumah betang
(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-tengahbag2end.html )
Ruang pada rumah Betang suku Dayak Ngaju, dapat dikelompokan dalam 3 bagian, yang pertama ruang utama rumah, yang kedua ruang bunyi gong, dan yang ketiga adalah ruang ragawi yang tidak kelihatan. Ruang utama adalah ruang yg mehubungkan manusia dengan alam surgawi. Ruang kedua adalah ruang yg menghubungkan manusia dengan penghuni surgawi, dan yang ketiga adalah ruang surgawi yang juga adalah ruang ragawi. Sementara itu kematian adalah hal terpenting dalam kehidupan masayarakat suku Dayak Ngaju, karena melalui kematian maka roh seorang Dayak dapat diberangkatkan ke dalam alam sorgawi, melalui upacara Tiwah. Dimana didalamnya terdapat ritual tabuh yang bermakna penyucian.
Tulisan ini mengetengahkan keberadaan ruang-ruang tersebut pada rumah Betang di desa Tumbang Malahoi dan betang Koktik yg menunjukan kesamaan gambaran akan cara berarsitektur yang unik untuk mencapai pembentukan ruangnya. Melalui indetifikasi ruang-ruang pada rumah Betang dan dengan memahami bagian-perbagian bengunan rumah Betang secara arsitektural, kemudian menghubungkannya dengan cara berankatnyaroh ke alam surgawi dalam ritual Tabuh pada upacara Tiwah dapat dipahami bahwa, makna ruang pada arsitektur rumah Betang Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah merupakan gambaran akan dua ruang yaitu ruang manusia dan ruang surgawi, yang tidak mengenal ruang bagi pendosa.
Rumah betang adalah rentetan rumah pribadi yang bersambung menjadi satu-kesatuan. Panjangnya bervariasi antara 9-15 m. Rumah itu dibangun dengan kontruksi dari kayu belian yang kokoh. Tiang-tiang utamanya berukuaran 20 x 40 cm. Tiap bilik/ lawang(pintu) membutuhkan kurang lebih 24 tiang utama seperti itu, yang ditunjang dengan puluhan tiang lainnya. Sebatang tiang utama membutuhkan 10-15 orang untuk mengangkutnya.
Separuh dari rumah betang adalah bagian terbuka. Bagian ini desebut radakng(serambi) yang digunakan untuk berbagai kegiatan keseharian para penghuninya, seperti ritual adat, mengayam kerajinan tangan.
Bagian yang tertutup disebut bilik atau lawang. Bilik aatau lawang ini digunakan penghuninya sebagai rumah keluarga. Aktivitas keperluan keluarga seperti memasak, tidur dilakukan di bilik tersebut.
Rumah betang Suku Dayak memiliki keunikan tersendiri. Bentuknya memanjang lurus di atas 100m, bertiang panggung berketinggian di atas 1m dan beratap sirap dari kayu ulin. Di dalam rumah betang terdapat puluhan bilik dan satu bilik dihuni satu keluarga. Pintu akses ke da;am mesti melalui tangga dari bawah kolong yang terbuat dari kayu bulat dilengkapi anakan tangga demi mempermudahkan pijakan.
Dengan ukuran dimensi seperti yang disebutkan diatas, betang dapat menampung sampai 100-200 jiwa sehingga dapat menampung sekuruh sanak keluarga. Dengan kondisi seperti ini, dimana seluruh sanak keluarga hidup dalam satu betang, maka betang dapat dikatakan sebagai rumah suku, yang dipimpin oleh Bakas Lewu atau kepala suku.
Dasar yang digunakan dalam penentuan tinggi betang yaitu tinggi orang menumbuk padi dengan mengunakan alo/atan, sehingga pada saat menumbuk padi, alo/atan tidak tersangkut pada lantai betang.
Di dalam rumah terdapat kamar yang berpetak-petak. Dan diruangan muka ada tempat menerima tamu atau tempat pertemuan. Biasanya tangga dan pintu rumah betang haya satu yang terbuat dari kayu besi bulat panjang. Tangga ini dinamai hejan/hecot. Dibelakang rumah ada balai kecil yang berfungsi sebagai tempat menyimpang lesung untuk menumbuk padi.
1.3. Bentuk Ruang
Ruang di dalam Rumah Dayak selalu berada pada satu dinding yang melingkupi ruang secara keseluruhan sehingga dapat juga sebagai ruang tertutup dimana terdapat ruang los(tempat berkumpul) yang merupakan ruangan yang paling luas.
1.4. Bagian-bagian betang dan bangunan lainnya
Betang biasaya terdiri atas beberapa bagian penting, yaitu betang huma, artinya rumah/bangunan utama sebagai tempat tidur, ruang (los) tempat tamu yang menginap, kemudian bagian dapur, yaitu bagian yang seolah-olah terpisah dari bangunan utama. Diantara bangunan utama dengan dapur terdapat suatu bagian yang disebut karayan, yang berfungsi sebagai penghubung antara bangunan utama dengan bagian dapur. Baik bagunan utama, dapur dan karayan, tinggi tiang-tiangnya sama yaitu sekitar 2,5 -3m.
Gambar 1.3 Bagian ruang pada rumah betang
(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-tengahbag2end.html )
Bagian dapur tidak bebeda dengan bangunan rumah biasa, yaitu bisa betuk segi empat atau juga bentuk memanjang. Luasnya lebih kecil dari bangunan utama, yaitu disekitar atau sejajar dengan panjang bangunan utama. Sedangkan karayan adalah semacam pelataran. Karayan berfungsi disamping penghubung antara dapur dengan bangunan utama (bangunan antara dapur dengan bagunan utama tidak berdempetan), juga sebagai tempat istirahat (santai) atau juga sebagai tempat menyimpan sementara hasil hutan. Betang hanya memiliki satu dapur sehinga seluruh sanak keluarga/penghuni betang menggunakan dapur secara bergantian.
Selain itu, disekitar betang juga terdapat beberapa bangunan kerangking, petahu dan sandung. Kerangking atau juga disebut jorong atau tukau adalah balai kecil yang befungsi sebagai tempat menyimpang alat-alat bertani atau berladang dan juga untuk menyimpan alu dan lisung. Petahu atau juga disebut pengantoho adalah rumah kecil yang berfungsi sebagai rumah menyimpan tulang-tulang kerabat yang telah meninggal dan telah di proses upacara tiwah. Disamping itu, juga terdapat sapundu yaitu patung berukuran tinggi yang berfungsi untuk tiang pengikat binatang-binatang yang akan dikorbankan pada saat upacara adat.
1.4.1.Pembagian Ruang Rumah Betang Berdasarkan Letaknya
Pembagian ruang pada rumah betang berdasarkan letaknya terdiri dari :
- Bagian depan
Pada bagian depan rumah Dayak terdapat sebuah anak tangga sebagai pintu masuk ke dalam rumah. Rumah yang berbentuk panggung dengan ketinggian sekitar tiga sampai lima meter dari permukaan tanah ini sengaja dibangun untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas.
Di ujung anak tangga, kita akan menjumpai sebuah bale atau balai yang tidak terlalu luas, fungsinya sebagai tempat untuk menerima tamu maupun untuk mengadakan pertemuan dengan kerabat maupun keluarga yang lain.
Masuk ke dalam bangunan kita akan melihat banyak ruangan yang disekat menjadi beberapa ruangan. Nah, setiap ruangan atau bilik ini ditempati oleh satu keluarga. jadi, semisal dalam satu rumah betang ada 50 keluarga, berarti jumlah bilik juga ada 50. Itulah kenapa rumah Betang ini bentuknya sangat panjang.
- Bagian belakang
Di bagian belakang rumah adat suku Dayak terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil dan alat-alat pertanian. Selain itu, rumah adat suku Dayak juga memiliki kandang hewah ternak yang menyatu di rumah, karena hewan peliharaan termasuk dalam harta kekayaan keluarga seperti babi, sapi dan anjing.
Budaya kolektif yang dimiliki oleh suku Dayak merupakan budaya yang maju dan memiliki arti historis. Dengan budaya koloktif yang dimilikinya suku Dayak mampu menaklukkan alam yang ganas secara bersama-sama
Pada dasarnya, rumah adat Kalimantan itu sama, Hanya saja yang membuatnya berbeda adalah model bentuk bangunannya dan namanya. Kehidupan sosial masyarakat yang memegang teguh adat istiadat, tradisi, budaya dan kehidupan bersama (gotong royong) tumbuh dan berkembang dirumah adat. berdasarkan beberapa daerah rumah adat disebut dengan sebutan yang berbeda, berikut ini sebutan lain rumah adat dayak.
- Bagian bawah
Biasanya digunakan untuk memelihara binatang-binatang ternak.
1.4.2.Tata Letak dan Perletakkan Ruang
-Ruang Los : Harus berada di tegah-tengah bangunan karena merupakan poros bangunan,dan tempat berkumpul melakukan kegiatan,baik adat maupun keagamaan,serta sosial masyarakat.
-Ruang Tidur : Harus disusun berjajar sepanjang bangunan Bentang, dimana paling ujung dekat dengan aliran sungai merupakan tempat tidur orang tua dan anak bungsu harus paling ujung dekat hilir sungai.Jika itu dilanggar,seisi rumah akan mendapat petaka.
-Ruang Dapur : Boleh berada di kanan maupun di kiri bangunan,yang terpenting menghadap aliran sungai,agar penghuni selalu mendapatkan rezeki.
-Karayan : Memiliki beberapa fungsi seperti,Tempat memelihara hewan,sebagai tempat hasil buruan,sebagai tempat istirahat sehabis berburu,tempat meletakkan alat-alat pertanian.
1.5. Susunan Rumah Betang dan Fungsinya
Dalam rumah betang, terdapat ruangan-ruangan antara lain ruang/kamar tidur dan satu buah los. Ruang tempat tidur dibuat berjejer, artinya setiap pintu kamar/ruang tidur semuanya menghadap ke ruang los. Ruang los dibuat sepanjang bangunan utama, dengan lebar kira-kira seperempat lebar bangunan utama sedangkan tiga perempat bangunan utama seluruhnya dipergunakan sebagai ruang/kamar tidur. Luas kamar tidak tergantung kebutuhan, tetapi harus sama luasnya.
Fungsi ruang/ kamar tidur sudah jelas sebagai kamar tidur satu keluarga. Semua harta dimasukkan dalam kemar tidur masing-masing. Sedangkan ruang los berfungsi sebagai tempat untuk menerima tamuaei (perantau) atau keluarga dari tempat jauh yang ingin menginap. Pada dinding du ruang los ditempel atau diletakkan beberapa kepala/ tanduk manjangan, yang berfungsi sebagai tempat menggantungkan senjata tajam milik penginap, seperti mandau atou tombak.
1.6. Orientasi Bangunan
Suku Dayak mempercayai dalam pembangunan rumah, bagian hulu rumah mengarah ke tempat sang surya terbit, dan bagian hilir mengarah ke terbenamnya matahari. Ini menjadi filosofi suku Dayak, mereka meyakini bahwa dalam menjalani hidup dimulai dari sang terbit dan pulang ke rumah menuju sang tenggelam. Selain rumah sebagai jantung kehidupan, Kalimantan identik dengan sungai. Kali ini sungai itu bernama Katingan. Dari hulu ke hilir mencapai 650 km, lebarnya bisa mencapai 65 m, kedalaman 12 m. Tidak seperti halnya masyarakat Jakarta yang mempergunakan sungai sebagai halaman belakang, suku Dayak mengarahkan orientasi tata ruang menuju sungai. Sungai sebagai halaman depan. Maka, yang terlihat adalah sungai bersih berarus deras, dan memiliki fungsi ekonomi, sosial, bahkan budaya.Secara sederhananya.
Gambar 1.4 Orientasi Bangunan Rumah Betang
(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-tengahbag2end.html )
1.7. Tiang/Kolom
Rumah betang identikdengan tiang-tiang berukuran besar sebagai struktur utama rumah karena kolom berfungsi sebagai pengikat dinding bangunan agar tidak goyah.Dulu tinggi Rumah Betang bisa mencapai lebih dari 3 meter,karena pertimbangan alam yang masih liar/keras,juga untuk menghidari banjir karena meluapnya sungai dan juga perang sukuyang disebut Hakayau(pemenggalan kepala).Rumah betang terdiri dari 4 tiang yang disebut tiang agung dan tiap-tiap tiang mempunyai nama seperti tiang Bakas disebelah kanan pintu masuk,tiang Busu disebelah kiri pintu masuk,tiang Penyambut sederet dengan tiang Bakas,tiang Perambai sederet dengan tiang Busu.Keempat tiang ini berada pada ruang tengah bagunan karena sesuai kepercayaan suku dayak,dengan agamanya Kaharingan keempat tiang tersebut melambangkan turunnya manusia pertama yang diturunkan oleh Ranying Hatala Langit.Tiang itu sendiri berdiameter 40 cm-80 cm dan terbuat dari kayu ulin(kayu besi) karena kuat dan tahan lama sehingga cocok untuk konstruksi utama bangunan Tetapi sekarang terjadi penyerdehanaan karena ketersediaan bahan.
1.8. Lantai
Umumnya Rumah tang menggunakan papan kayu.Tetapiuntu model jaman sekarang ada beberapa yang mengguanakan keramik,maupun karpet.Dahulu papan kayu berukuran 6 m x 30cm dengan pengolahannya sederhana sehingga permukaan yang dihasilkan tidak rata dan licin,berbeda dengan lantai kayu sekarang yang berukuran 4 m x 20 cm dengam permukaan yang licin.
1.9. Tangga
Tangga dalam Rumah betang disebut Hejan yang terbuat dari kayu bulat dan di buat beruas-ruas untuk tempat kaki memanjat.Dengan seiringnya waktu tangga tersebut sudah dibuat seperti tangga yang sudah ada sekarang yang lebih praktis dan ergonomis.Ada aturan tersendiri dalam pembuatan tangganya seperti harus ganjil dan untuk railing tangga pun juga harus ganjil 1atau 3.Menurut kepercayaan hitungan ganjil agar saat memasuki rumah dalam hitungan genap agar terhindar dari malapetaka serta filosofi suku Dayak itu sendiri yaitu, manusia di bagi menjadi 3 tingkatan usia yaitu anak-anak,remaja,dan dewasa dimana masing-masing mempunyai jangkauan yang berbeda.Yang membedakan tangga yang dulu dan yang sekarang adalah konsepnya dengan adat istiadat yang jaman dulu,dan dengan perhitungan logika untuk jaman sekarang.
1.10. Dinding
Dinding Rumah Betang terdiri dari dua lapis yaitu bagian dalam dengan kayu ulin dan bagian luar menggunakan kulit kayu.Jaman dahulu pun dinding tidak tertutup seluruhnya yaitu hanya setengah tinggi dinding kurang lebih sekitar 280 cm itu karena wanita menjadi tolak ukuran Suku Dayak dengan wanita berdiri diatas Luntung(keranjang besar dengan tinggi kurang lebih 80 cm)sehingga di dapat tinggi dinding dengan tinggi keseluruhan yaitu mencapai 6 m(sampai plafond).
1.11. Pintu dan Jendela
Penempatan pintu masuk :
Pintu diletakkan di tengah-tengah bangunan seakan akan membelah bangunan menjadi 2,lalu harus diletakkan pada sisi panjang bangunan ,dan pintu harus berada di depan Los(ruang kosong).
Ukuran pintu:
Ukuran ini merujuk pada penggunaan ukuran tubuh wanita dengan carawanita duduk bersandar dan kaki diselonjorkan maka didapat bukaan pintu sedangkan untuk tinggi, wanita berdiri dan sbelah tangan nya menggapai keatas.Untuk itu tidak ada ukuran baku untuk pintu.
1.12. Dinding
Dinding Rumah Betang terdiri dari dua lapis yaitu bagian dalam dengan kayu ulin dan bagian luar menggunakan kulit kayu.Jaman dahulu pun dinding tidak tertutup seluruhnya yaitu hanya setengah tinggi dinding kurang lebih sekitar 280 cm itu karena wanita menjadi tolak ukuran Suku Dayak dengan wanita berdiri diatas Luntung(keranjang besar dengan tinggi kurang lebih 80 cm)sehingga di dapat tinggi dinding dengan tinggi keseluruhan yaitu mencapai 6 m(sampai plafond).
1.13. Pintu dan Jendela
Penempatan pintu masuk :
Pintu diletakkan di tengah-tengah bangunan seakan akan membelah bangunan menjadi 2,lalu harus diletakkan pada sisi panjang bangunan ,dan pintu harus berada di depan Los(ruang kosong)
Ukuran pintu:
Ukuran ini merujuk pada penggunaan ukuran tubuh wanita dengan carawanita duduk bersandar dan kaki diselonjorkan maka didapat bukaan pintu sedangkan untuk tinggi, wanita berdiri dan sbelah tangan nya menggapai keatas.Untuk itu tidak ada ukuran baku untuk pintu
Model :
Baik pintu masuk maupun bilik bentuknya polos.Tetapi untuk jaman sekarang,ada beberapa yang diukir untuk memperlihatkan status sosialnya. Adapun tata cara juga dalam membuka pintu yaitu membuka dengan tangan kiri,karena apabila tamu bermaksud baik maka tangan kanan di gunakan untuk mempersilahkan mask,dan apabila tamu bermaksud buruk, maka tangan kanan bisa digunakan untuk menangkis serangan
Penempatan jendela :
Penempatan hanya berada pada bagian sisi bagunan saja,dimana 1 bilik hanya mempunyai satu jendela saja dan setiap ruangan di haruskan mempunyai jendela sebagai lubang cahaya dan pertukaran
Ukuran jendela:
Untuk ukuran yang jaman dahulu berukuran 50 cm x60 cmdan untuk yang jaman sekarang 60 cm x 90 cm.Cara penentuan jendela ini sama seperti pengukuran pintu dimana pebngukuran menggunakan ukuran tubuh wanita dengan merapatkan siku dan jadilah untuk bukaannya dan untuk tingginya setinggi dagu wanita saat berdiri,sedangkan jaman sekarang ukuran bukaan adalah sepersepuluh dari luas lantai ruangan dan untuk ukuran keatas maksimal 1,92 m
Bahan jendela :
Bahan jendela nya terdiri dari kayu untuk lapisan dalam dan bagian lapisan luar menggunakan kulit kayu sedangkan sekarang sudah ada yang menggunakan kaca karena semakin maju jaman sehingga banyak pilihan.
Model jendela :
Sama seperti pintu ,karena fungsi nya hanya sebagai pengaman maka dibuat polos, tetapi seiring perkembangan jaman sama halnya seperti pintu penambahan ukiran-ukiran pada jendelamampu memberi status sosial dalam masyarakat tersebut.
1.14. Atap
Bagian atap Rumah betang biasanya di ekspos tanpa adanya plafond,dan berguna untuk sistem cross ventilation dan pengcahayaan pada rumah kerangka atap yang tinggi juga memungkinkan sirkulasi udara yang baik,penutup atap menggunakan sirap kayu.
Gambar 1.5 Konstruksi Rumah Betang
(Sumber : http://danikamalia.blogspot.com/2014/01/rumah-betang-kalimantan-tengahbag2end.html )
1.15. Ornamen
Ornamen sendiri biasanya terdapat pada lisplang atap,di atas ambang daun pintu, dan di daun pintu ataupun jendela,biasanya terdiri dari motif burung enggan,ular,balangga,dan motif tumbuh-tumbuhan ,selain itu adapula anyaman dan seni patung berupa manusia dan binatang.Ornamen-ornamen tersebut semata-mata untuk perlindungan terhadap roh-roh jahat. Seperti :
-Ukiran Asun Bulan,dimana terdapat dua orang bersalaman dengan makna orang rumah harus ramah terhadap tamu .( ukiran di atas ambang pintu)
-Ukiran Tambarirang Maning Singkap Langit, dimana ukiran menyerupai anjing yang melambangkan Tatun Hatuen (Raja Palasit),agar Hatuen tidak mengganggu penghuni.( ukiran di atas ambang pintu)
–Patung berbentuk manusia yang ada pada railing tangga,merupakan simbol penjaga Rumah Betang,agar roh-roh jahat tidak masuk ke rumah.
–Anyaman rotan yang bermotif batang garing pada tiang agung yang melambangkan kesejahteraan.
Selain ada maksud didalam ukirannya tetapi ada juga yang hanya sebagai ornamen seperti :
-Ukiran Naga Pasai ,perlambangn Bawi Jata atau Dewa Penguasa Alam Bawah pada daun jendela dan pintu
-Ukiran Lamantek,perlambangan kesehatan.
1.16. Betang sebagai tempat pertahanan
Dimensi betang yang umumnya tinngigi mempunyai makna yang strategis. Umumnya suku Dayak membangun rumah disepanjang sungai dengan arah menhadap ke sungai. Kondisi ini seperti ini tentunya potensial untuk mengalami banjir. Dalam hal ini, maka salah satu tujuan tiang-tiang yang tinggi tersebut yaitu menghindari banjir yang mungkin terjadi. Selain itu, dengan kondisi yang tinggi tersebut juga dapat berfungsi tempat pertahanan dari musuh yang datang menyerang tiba-tiba atau dari serangan binatang buas.
Perlu diketahui bahwa dalam tradisi suku Dayak, penyerangan musuh dengan cara membakar rumah pada zaman dahulu tidak ada atau pantang dilakukan sehingga serangan musuh dengan cara membakar rumah tdak akan terjadi. Satu hal yang menarik yaitu bahwa dalam pembuatan daun pintu, dibuat sedemikian rupa sehingga untuk membuka dan menutup digunakan tangan kiri. hali ini dimaksudkan yaitu apabila ada tamu dengan maksud baik maka tangan kanan digunakan untuk mempersilahkan masuk tetapi apabila ada tamu dengan maksud jahat langsung menyerang maka tangan kanan dapat dengan lincah digunakan untuk menangkis serangan tersebut.
1.17. Nilai estetika
Nilai estetika betang selain pada tampilan luar, juga pada ukiran-ukiran yang ada pada setiap bagunan. Ukiran-ukiran ini diletakkan pada tempat-tempat yang dilihat seperti pada bumbungan rumah, depan rumah, atas jendela, di daun pintu, di ruang tamu dan lain-lain. Selain itu, nilai estetika juga dapat dengan mudah dilihat pada sapundu dan sandung yang biasanya terdapat di halaman depan rumah.
Sedangkan nilai estetika atau tingkah laku dapat dilihat dari bahan-bahan tertentu yang digunakan dalam membuat bangunan. Untuk membangun tiang, sedapat-dapatnya dicari pohon kayu ulin yang telah berumur tua. Hal ini melambangkan kekuatan dan kesehatan sehingga diharapkan bagunan dapat bertahan lama dan jika sudah ditempati, penghuninya diharapkan senantiasa mendapat kesehatan baik. Ukiran pada bangunan umumnya melambangkan penguasa bumi, penguasa dunia atas dan dunia bawah, yang dilambang dengan ukiran burung tingang dan kepala naga, yang masing-masing kepala harus horizontal yang dalam bahasa Dayak Nganju disebut tanggar, tidak boleh menegadah sebab saat itu berrti naga atau burung tingang hanya mencari rezekinya untuk dirinya sendiri, tidak mendatangkan rezeki kepada bagi penghuni rumah tersebut. Sebaliknya ukiran kepala tingang dan kepala naga tidak boleh tunduk sebab itu berarti akan membawa sial bagi penghuninya.
1.18. Bahan Bangunan Rumah Betang
Betang di bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T et B), selain memiliki kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun serta anti rayap.
1.19. Rumah Betang Saat Ini
Kini, rumah betang yang menjadi hunian orang Dayak berangsur-angsur menghilang di Kalimantan. Kalaupun masih bisa ditemukan penghuninya tidak lagi menjadikannya sebagai rumah utama, tempat keluarga bernaung, tumbuh dan berbagi cerita bersama komunitas. Rumah Betang tinggal menjadi kenangan bagi sebagian besar orang Dayak. Di beberapa tempat yang terpencar, rumah Betang dipertahankan sebagai tempat untuk para wisatawan. Sebut saja, misalnya di Palangkaraya terdapat sebuah rumah Betang yang dibangun pada tahun 1990-an tetapi lebih terlihat sebagai monumen yang tidak dihuni. Generasi muda dari orang Dayak sekarang tidak lagi hidup dan dibesarkan di rumah Betang. Rumah Betang konon hanya bisa ditemukan di pelosok, pedalaman Kalimantan tanpa mengetahui persis lokasinya. Pernyataan tersebut tentu saja mengisyaratkan bahwa rumah Betang hanya tinggal cerita dari tradisi yang berasosiasi dengan keterbelakangan dan ketertinggalan dari gaya hidup modern.
Di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, rumah betang sudah tidak ada yang asli lagi, yang ada adalah yang sudah dibangun ulang. Di bagian paling hulu, rumah betang yang dibangun kembali ada di Desa Tumbang Bukoi, Kecamatan Mandau Talawang. Di bagian hilir, rumah betang yang dibangun kembali ada di Desa Sei Pasah, Kecamatan Kapuas Hilir. Bangunan ini dibangun tidak jauh dari rumah betang asli yang sudah runtuh, tapi masih ada sisa-sisa tiangnya. Dahulu rumah betang ada pula yang dindingnya dari kulit kayu.
Di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah ada rumah betang asli yang dibangun sejak tahun 1870. Letaknya di Desa Buntoi, Kecamatan Kahayan Hilir. Rumah ini menghadap Sungai Kahayan dan memiliki pelabuhan yang siap menyambut kedatangan wisatawan melalui sungai.
Dan sekarang, dalam menghadapi kehidupan modern yang sangat individualis, masihkan budaya rumah Betang menjadi tatanan hidup bersama di Kalimantan ataukah budaya ini akan ikut menghilang seperti menghilangnya bangunan rumah Betang di Kalimantan. Perlu sekali untuk kita melestarikan budaya dan mempertahankan ragam arsitektur di Indonesia.
1.20. Kebudayaan Suku Dayak
Salah satu kebiasaan suku Dayak adalah memelihara hewan, seperti anjing, burung, kucing, babi, atau sapi. Selain karena ingin merawat anjing, suku Dayak juga sangat membutuhkan peran anjing sebagai ‘teman’ yang setia pada saat berburu di hutan belantara. Pada zaman yang telah lalu suku Dayak tidak pernah mau memakan daging anjing, karena suku Dayak sudah menganggap anjing sebagai pendamping setia yang selalu menemani khususnya ketika berada di hutan. Karena sudah menganggap anjing sebagai bagian dari suku Dayak, anjing juga diberi nama layaknya manusia.